Saturday, January 5, 2019

Ada yang Terlihat Sangat Sholih, Tapi Kok Miskin dan Ingkar Iman?


Ketika ada dua pernyataan, kamu setuju yang mana?

Pertama, "Orang sholih dan rajin beribadah pasti imannya pada tuhan juga tinggi".

Kedua, "Sholih dan rajin beribadah belum bisa menjamin keimanan seseorang"

Kedua pernyataan tersebut memang dilematis saat kita memandang dan membahas tentang keislaman seorang hamba dan tuhannya. Karena memang perihal dicintainya kita oleh tuhan adalah misteri yang tak seorangpun bisa mengetahuinya.

Ada sebuah kisah di dalam kitab Tadhkiratul al-Auliya karya Fariduddin Attar, begini:

Di sebuah kota bernama Khirmani, hiduplah seorang yang arif bernama Syah bin Syuja. Ia hidup di sebuah rumah kecil bersama putrinya. Putri Syah sangat terkenal begitu cantik. Banyak orang datang untuk melamarnya. Para raja di Khirmani datang melamar kepada Syah bin Suja. Lalu, sang arif tua itu meminta waktu tiga hari untuk memberi jawaban di hadapan para pelamar putrinya.

Syah bin Suja benar-benar kebingungan. Dalam tiga hari tersebut, ia pergi dari satu masjid ke masjid lain. Hingga suatu waktu, ia melihat seorang Darwis (Orang yang sholih) sedang salat dengan khusyuknya. Syah bin Suja menanti dengan sabar hingga sang Darwis menyelesaikan salatnya. Kemudian, Syah bin Suja menyapa orang tersebut.

“Darwis, apakah engkau punya seorang keluarga?”

“Tidak ada,” jawab sang Darwis.

“Apakah engkau menghendaki istri yang dapat membaca al-Quran?”

“Siapakah gerangan yang bersedia menikahkan putrinya kepadaku?” kata darwis itu. “Aku hanya punya tiga dirham saja.”

“Aku akan menikahkan putriku denganmu,” kata Syah bin Syuja.

“Dari tiga dirham yang punya itu, belanjakan satu dirham untuk roti, satu dirham lagi untuk minyak mawar, lalu ikatlah sebuah tali perkawinan.”

Syah bin Syuja dan si darwis saling setuju dengan pernikahan dan mereka telah bersepakat.

Malam itu juga Syah bin Syuja akan menyerahkan putrinya ke rumah si Darwis untuk dinikahkan. Syah bin Syuja akhirnya pamit undur diri.

Si Darwis juga ikut pulang. Sesampainya di rumah, si Darwis hanya menunggu calon istrinya.

Setelah menginjak malam, tiba-tiba terdengar suara ketukan. Benar seperti yang diharapkan, putri yang dijanjikan lelaki tua yang menemuinya di masjid telah datang.

Saat memasuki rumah, si gadis melihat sepotong roti kering di dekat kendi air.

“Roti apa ini?” tanya si gadis.

“Itu roti sisa kemarin. Aku menyimpannya malam ini untuk makan esok hari,” jawab si Darwis.

Setelah mendengar jawaban si Darwis, si gadis malah hendak meninggalkan rumah itu seketika.

“Aku tahu,” kata si darwis, “putri Syah bin Syuja seorang arif yang masyhur itu tak mungkin mau dan sanggup hidup bersamaku dan menanggung kemiskinanku ini.”

“Tuan, bukan ketiadaan harta yang membuatku ingin meninggalkanmu,” jawab gadis itu.

“Aku meninggalkanmu karena kurangnya iman dan rasa pasrahmu. Dengan menyisihkan roti sisa kemarin, engkau tidak percaya bahwa Allah akan memberi rezeki untuk esok hari. Pada saat yang sama aku terkejut dengan ayahku. Selama dua puluh tahun dia mengurusku di rumah, dia selalu berkata, ‘Aku akan menikahkanmu dengan lelaki yang takut akan Allah.’ Sekarang dia malah menyerahkanku pada orang yang tidak iman pada Allah untuk keperluan nafkah sehari-harinya.” imbuh gadis itu.

Si darwis menundukkan kepala. Namun, sesaat kemudian ia tiba-tiba berucap.

“Apakah ada penebusan yang setimpal atas dosaku ini?”

“Ya. Ada,” kata gadis itu.

“Inilah penebusanmu. Pilih mana yang bisa tetap tinggal di rumah ini: aku atau roti kering itu.” kata gadis itu dengan tegas.

--

Dari kisah tersebut kita bisa melihat bahwa seorang Darwis yang sholih pun belum bisa dikatakan memiliki iman yang tinggi. Saat ia mengetahui miskinnya iman pada dirinya, ia menunduk dan tak tahu lagi bagaimanana menebus dosanya.

Ibadah adalah tugas setiap mahluk. Namun keimanan, hanyalah tuhan yang tahu. Tentang kesalahan dan dosa memang manusiawi, namun menjadi manusia tidaklah selesai hanya dengan sudah beribadah saja. Namun keseimbagan antara pemahaman dan tawakkal seseorang juga perlu dikaji lebih dalam.