Perjalanan hidup Bung Karno selalu punya kisah yang menarik untuk dibahas dan diambil pelajaran. Bung Karno, seorang yang terkenal dengan macan asia itu di usia mudanya memang benar-benar menggambarkan sosok pejuang kemajuan bangsa dari kekolotan yang membudaya.
Ini terbukti, saat ia menginjak usia 20 tahun, ia berani menempuh spekulasi dan sikap tegas laki-laki. Ia meminang anak gurunya, H.O.S Tjokroaminoto, bernama Oetari yang saat itu masih berusia 16 tahun.
Ia dan gurunya yang menampungnya sejak usia 14 tahun itu memang memiliki hubungan yang erat dan menjadi kader dalam dunia gerakan sampai hendak meninggalkan Surabaya untuk melanjutkan ke Technische Hooge School di Bandung.
Selain itu dan sebelum pergi ke Bandung,
Nyonya Tjokroaminoto atau istri gurunya itu wafat. Kesedihan merundung H.O.S, yang ditinggal dengan beberapa anak-anaknya yang masih remaja. Setelah itu, H.O.S dan anak-anaknya, serta anak-anak yang indekos, termasuk Soekarno, pun akhirnya pindah ke rumah lain. Tapi Tjokroaminoto masih merasa sedih. Untuk meringankan hati orang tua itu, Soekarno memutuskan untuk menikahi Oetari putri gurunya.
Di hari akad nikah Soekarno dan Oetari, terjadi peristiwa yang menarik dan hampir bisa membatalkan pernikahan Soekarno.
Saat itu, Soekarno datang ke Penghulu dengan mengenakan jas, celana, dan dasi. Melihat itu, si penghulu berkeberatan dan berkata, ”Anak muda, dasi adalah pakaian orang yang beragama Kristen. Tidak sesuai dengan kebiasaan kita dalam agama Islam.”
Soekarno membela dirinya lalu berkata, "Cara berpakaian kini sudah diperbaharui”.
Sang penghulu masih tidak terima dan membentak, "Pembaharuan itu hanya terbatas pada celana dan jas buka," katanya.
Menghadapi suara keras penghulu itu, Soekarno membalas. Ia tak sudi menuruti kata penghulu, ia berkata, ”Nabi sendiri sekalipun tak kan sanggup menyuruhku untuk menanggalkan dasi”. Lalu ia bangkit dari kursi dan mengancam membatalkan akad nikahnya jika ia harus mencopot dasi yang dikenakannya.
Dan si penghulu masih tetap kekeuh dengan pendiriannya. Soekarno, sosok yang di usia dewasanya terkenal menjadi tokoh utama pergerakan kemerdekaan itu berkata, ”Persetan, tuan-tuan semua. Saya pemberontak dan saya akan selalu memberontak. Saya tak mau didikte orang di hari perkawinan saya.”
Suasana menjadi tegang. Namun akhirnya akad nikahnya dengan Oetari pun dilanjutkan dan dilakukan bukan oleh si penghulu yang tadi, melainkan oleh seorang alim yang ada di antara tamu.
Sebagai mana kita ketahui, demikian watak Soekarno dan memang di zaman itu Soekarno sering mengungkapkan tentang bagaimana membebaskan diri dari penjajahan dan sekaligus dari apa yang disebutnya dengan ”pendirian yang kolot” masyarakat saat itu.
Hanya karena pakaian akhirnya didebatkan. Dogma buta pun mengancam esensi. Ya seperti di Indonesia akhir-akhir ini yang selalu bid'ah dan mengkafirkan. [k]