Saya pernah tidak matang dalam memikirkan sesuatu. Saat itu yakni memikirkan masa depan hubungan dengan kekasih saya. Akhirnya, hubungan yang sudah saya jalani bertahun-tahun dengannya tak dapat berlabuh.
Saat itu, mungkin karena terlalu mencintai dan dekat, saya, di hampir setiap waktu, dihantui pikiran-pikiran masa depan yang menggelisahkan.
Begini kiranya:
Karena ada suatu hal yang tidak saya sukai dari kekasih saya waktu itu, saya sudah mengandai-andai dengan pertanyaan "jika nanti" saya menikah dengannya, dan ia masih seperti itu, maka mungkin akan terjadi hal yang tidak saya inginkan atau dalam artian sebuah hal yang akan menyiksa hari depan.
Karena saya waktu itu mungkin bisa dikatakan masuk ke jurang yang dihuni hantu "jika nanti", alhasil saya putuskan untuk mengakhiri hubungan dengan konsekuensinya.
Namun selang dua sampai tiga hari setelah perpisahan, saya menyesal telah melakukan itu. Sebab saya merasa benar-benar seperti berada di suatu keadaan yang lebih parah dari saat masih dihantui kecemasan akan masa depan. Ya, saya merasa begitu kehilangan dan tak punya semangat hidup lagi.
Saya sudah berusaha mengembalikan masa lalu, tapi situasi dan kondisi tak mau membuka pintu lagi. Saya hancur. Apalagi mengetahui kekasih dengan orang lain di pelaminan.
Setelah itu saya membenci segala bentuk hantu yang ada di pikiran saya. Jika ada kekasih lagi yang akan bersama dan menemani saya, akan saya bunuh hantu itu dengan belajar menerima ketidaksempurnaan di hari-hari masa depan dan ketidaksempurnaan itu selama masih di batas kewajaran.
Jika sampai ada hal yang saya tidak sukai, saya akan menghadapinya dengan kenormalan. Pun jika sampai bertengkar ya sewajarnya, tidak sampai menghukumi untuk berpisah. Sebab itu sangat dan lebih menyiksa.
"Love looks not with the eyes, but with the mind."
Menyadari bahwa seharusnya tidak terlalu bermain-main dengan masa depan adalah hal yang sangat sulit. Sebab dalam berpikir, cara kerja pikiran kita tidak sepenuhnya dapat berjalan mulus di jalur kebijaksanaan dan ketepatan.
Terkadang emosi dan banyak faktor lain justru mengambil alih dan mengalahkan kebijaksaan pikiran kita. Sampai-sampai kita tidak tersadar, sebagaimana hal di atas, kita tida lagi memaknai bahwa masa depan adalah masih sebuah misteri.
Hantu itu akan selalu menyelimuti jiwa dan pikiran yang belum matang. Maka tidak ada salahnya agar merenungi dan memikirkan lebih dalam lagi sebelum memutuskan dan berkonsekuensi.
Kata William Shakespeare, "Kita semua tahu siapa diri kita, tetapi kita takkan pernah tahu seperti apa kita nantinya."
No comments:
Post a Comment