foto Antara |
Ada dua bentuk demam. Pertama adalah sebuah penyakit. Kedua adalah demam karena gandrung alias sudah terlanjur cinta.
Pesta politik ronde kedua antara Jokowi dan Prabowo adalah bentuk pesta politik para pengidap demam.
Keduanya sudah membuktikan diri dari gelaran perkumpulannya di Stadion Gelora Bung Karno. Klaim sampai satu juta massa yang datang pun terlontar.
Demam pada masing-masing calon ini dibuktikan pula dalam bentuk data yang sudah menjadi acuan siapa yang akan menang. Meskipun baru data survey elektabilitas.
Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti salah satu lembaga survey yang bertema pemilu 2019. Di dalam pertanyaan survey yang katanya dari lembaga independen atau netral tersebut, saya menangkap memang terdapat hal yang menjerumus yang lebih dari sekedar elektabilitas.
Pertanyaan-pertanyaannya memang mengarah pada siapa yang akan anda pilih nanti dan partai apa yang akan dicoblos? Anehnya memang, bahwa masyarakat juga dengan begitu mudah menjawab pilihan mereka nanti dan sudah yakin akan memilih itu.
Selain itu ada pula bentuk simulasi pencoblosan yang menurut saya akan meyakinkan data yang alan diterima dan diolah nantinya.
Disini, saya malah cenderung memaknai bahwa data ini adalah sebuah survey peta politik yang dimaksudkan berapa kantong politik yang akan diraih di daerah-daerah yang jadi obyek.
Data dari kompas juga misalnya, antara Jokowi dan Prabowo hanya selisih 11% saja. Banyak juga yang membuat analisis dari berbagai data bahwa selisih antara Jokowi dan Prabowo hanya selisih 6%. Salah satu calon yang masih rendah hanya butuh 30 ribu suara dalam satu bulan terakhir.
Semua terlihat begitu jelas dan diterima, serta ramai diperdebatkan. Hal ini juga memperlihatkan politik kini sudah seperti politik gerombolan.
Ternyata, demam yang gandrung ini telah mematikan sistem politik Indonesia. Sebab dengan itu matilah pula sifat dari pemilu demokrasi yang semestinya dalam pilihan adalah sebuah kerahasiaan meskipun hak itu adalah hak.
Demam ini telah mematikan makna rakyat yang kemudian dirumah menjadi partisan politik. Kamu itu cebong atau kampret. Mereka saling serang dan membela jawaranya. Itu saja.
Lagi-lagi karena demam memang bisa mengaburkan diri. Atau bisa juga demam itu sengaja diciptakan. *
No comments:
Post a Comment